Rabu, 15 Desember 2010

MUHASABAH DIRI

Inspirasi Jum’at, 10 Desember 2010.

Dari Khutbah Jum’at Masjig Rahmatal Lil ‘alamin




MUHASABAH DIRI


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan hidayahnya sehingga kita masih dapat melaksanakan perintah Allah SWT yaitu sholat Jum’at. Marilah pada kesempatan kali saya menyeru kepada diri pribadi khususnya dan para jamaah semua pada umumnya, untuk selalu meningkatkan taqwaan kita kepada Allah SWT, dengan taqwa yang sebenarnya yaitu melaksanakan semua perintah Allah AWT dan menjauhi semua larangan Allah SWT, karena ketaqwaan inilah yang akan dinilai oleh Allah di hadapan Nya kelak di hari kiamat, bukan orang yang sukses karena harta yang melimpah atau kendaraan yang mewah, pangkat yang tinggi akan tetapi nilai ketaqwaan kita inilah yang menjadi ukuran yang paling bernilai di sisi Allah SWT.

Pada hari-hari ini kita akan memasuki tahun baru milladiyah yaitu 2011 atau kita baru saja sudah melewati tahun baru hijriyah 1432 H, namun apa yang dapat kita lakukan setiap kali kita melewati tahun baru itu, inilah yang menjadi pertanyaan penting bagi kita semua. Dengan tahun baru bukannya kita sedih akan tetapi kebanyakan dari kita adalah senang karena bertambahnya usia kita, namun sebenarnya yang terjadi adalah berkurangnya umur kita dan berkurangnya jatah hidup kita di dunia, inilah yang patut kita renungkan.

Dalam memulai tahun baru biasanya kita melakukan muhasabah, muhasabah artinya menghitung atau evaluasi, kita perlu melakukan muhasabah atau mengevaluasi diri agar jangan sampai menjadi orang yang gagal dalam mengarungi kehidupan dunia seperti hadist nabi dari imam turmudzi sebagai berikut:


Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’) begitu juga umar bernah berkata : ‘Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.

Begitulah urgensi dari muhasabah setiap kita memasuki tahun baru. Muhasabah merupakan tahapan management hidup yang baik, karena setiap ada action atau tindakan atau perbuatan dan rencara pastilah harus ada evaluasi. Sehingga kita tidak melenceng jauh dari rencana semula dan apabila melenceng dari rencana yang sudah ditetapkan dapat dikendalikan untuk kembali ke rel yang seharusnya, inilah pentingnya kita melakukan muhasabah diri. Bahkan Allah SWT mengingatkan kepada kita agar jangan lupa dari tujuan hidup di dunia ini dengan firmannya di surat Al Hasyr[59] ayat 18-19:





18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
19. dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Aspek-aspek apa saja yang perlu kita evaluasi (muhasabah) terhadap diri kita, minimal ada 3 hal yang perlu dijadikan landasan untuk muhasabah diri:

  1. Evaluasi diri terhadap ketaatan kepada Allah.
    Tahap awal dalam muhasabah diri adalah tentang ketaatan kita kepada Allah SWT, sudah sejauh mana kita taat kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangan Allah SWT, kita bandingkan dalam kehidupan kita apakah sudah banyak perintah Allah SWT yang sudah kita taati, atau seberapa banyak larangan Allah SWT yang kita langgar. Inilah yang perlu kita renungkan dalam perjalanan setahun yang telah kita lewati, dan jangan sampai kita lupa bahwa sejatinya Allah menciptakan manusia didunia ini tiada lain selain untuk beribadah keapda Allah SWt, seperti fiman Allah dalam surat Ad-Dzariyat [51] ayat 56.



    56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

  2. Evaluasi diri terhadap prilaku dalam mencontoh Rosulullah
    Aspek yang kedua adalah muhasabah atau mengevaluasi diri terhadap sikap dan perilaku kita sehari-hari apakah sudah mencontoh tauladan kita yaitu rosulullah Muhammad SAW atau tidak, seperti kita ketahui bahwa rosulullah SAW adalah panutan dan contoh kita dalam kehidupan sehari-hari, beliau adalah manuasi mulia dan maksum sehingga terjaga dari perbuatan dosa, akan tetapi beliau selalu bertasbih minimal 70 dalam sehari, bagaimana dengan kita sebagai manusia biasa yang tidak mendapat jaminan ampunan dari Allah, sudahkah kita minta ampun sebanyak rosulullah, tentulah permohonan ampun kita kepada Allah harus lebih banyak dari rosullullah karena kita sudah pasti bergeliman dosa. Contoh yang kedua adalah bagaimana ketika rosulullah sholat malam yang begitu lama bahkan samapi kakinya bengkak padahal dia sudah diampuni dosanya oleh Allah SWT akan tetapi sebagai tanda syukurnya dia beribadah dengan begitu hebatnya, bagaimana dengan kita yang jelas-jelas belum mendapatkan jaminan ampunan dosa, akan tetapi belum pernah beribadah sebagaimana ibadah rosulullah Muhammad SAW. Hal inilah yang patut kita renungkan sudah sejauhmana kita beribadah dan bertingkah lalu seperti yang dicontohkan rosullulah atau malah kita belum sama sekali memulainya. Padahal waktu terus berjalan begitu ganas sehingga manusia lupa akan jati dirinya.
  3. Evaluasi terhadap perilaku social kita
    Muhasah yang ketiga adalah apakah kita sudah menjadi makluk social yang bermanfaat bagi sesamanya, apakah sikap dan perilaku kita sudah bermanfaat bagi tetangga kita, bagi keluarga kita bahkan bagi agama dan negara kita, inilah yang perlu kita renungkan karena jangan sampai karena sikap social kita yang kurang baik kepada sesame manusia menjadikan kita rugi bahkan bangkrut diakhirat kelak seperti hadist nabi riwayat imam muslim :
    Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?’ Sahabat menjawab, ‘Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)
    Oleh karena itu perlulah kita evaluasi atau muhasabah diri kita dalam kehidupan social kemasyarakatan apakah sudah bermanfaat atau tidak sehingga jangan sampai menjadi orang yang bangkrut.

Inilah 3 hal yang perlu kita muhasabah diri, masih banyak aspek-aspek lain yang dapat kita bermuhasabah dengan hal tersebut, namun saya kira cukup sekian dari saya semoga dengan adanya muhasabah diri ini kita akan menjadi manusia-manusia yang beruntung dan mendapat ampunan dari Allah SWT. Amien.


Wallahu a’lam bis showab

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh.


Penulis

Baihaki
“Mencari, Belajar dan Berbagi”


Kindly Bookmark and Share it:

Tidak ada komentar:

Prev home
Google Translate
Arabic Korean Japanese
Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German
Spain Italian Dutch